Sejatine Urip Mung Ngampung Dolan

Responsive Ads Here

Wednesday, April 1, 2015

Antara Belanda dan Bondowoso [ The Story of Schelfhorst Family]


Foto Bart dengan Kakek Neneknya dan Buku Sejarah GKJW
Pagi ini tiba-tiba bbm (blackberry messenger) saya heboh dengan bunyi ping ping berulang kali, banyak pesan masuk yang bikin saya ketawa-ketawa sendiri sambil menyiapkan beberapa berkas yang sedang saya kerjakan

O la la .. senangnya punya teman-teman yang perhatian, karena hampir setiap status dan perubahan cuaca ..eh perubahan foto di profile bbm saya, pasti deh mengundang komentar he he he. Bukan maksud hati mengundang kontroversi, tapi kadang bikin status usil yang artinya ambigu itu sesuatu deh ha ha ha ha 

Nah begini ceritanya, pagi ini saya ganti foto profile yang saya dapat dari seorang teman Belanda saya. Dia kirim foto itu sebagai ucapan salam dan terima kasih, karena sudah mengantarkan dan memandu keliling kota Bondowoso, sampai bertemu dengan apa yang sedang ia cari. Masih ingat kan .. waktu saya bilang di wall facebook saya, kalau akan menulis tentang kisah .. ciee maksudnya cerita tentang seorang anak muda yang mengembara ke Bondowoso .. pfhh bahasanya berasa sinetron manusia serigala deh :D

Okey deh lanjut ya ceritanya, perkenalkan nama teman saya ini Bart, kami bertemu di perempatan lampu merah RE. Martadinata kota Bondowoso, waktu itu saya lagi naik motor mau pulang, nah radar saya tuh suka jelas dan getarannya kuat banget kalau ada cowok ganteng hahaha.. Si Bart ini lagi dikerumuni oleh anak-anak sekolah, dan seorang bapak yang terbata-bata menjelaskan dalam bahasa Inggris.

Lalu saya coba menghampiri, dan menawarkan bantuan, apa yang bisa saya jelaskan. Jiwa guide nya udah mulai keluar deh. Trus doski bilang, mau ke Tourism Center Bondowoso, karena dia ingin mencari bangunan kuno bekas peninggalan Belanda. Saya bilang, ada sih Tourism Center (TC) Bondowoso, tapi kurang tahu apakah ada petugasnya, lalu saya tawarkan untuk menumpang motor saya kalau mau lihat bangunan Belanda, karena rumah saya dekat sekali dengan bekas Asrama Yonif 514, di daerah Badean.

Yess .. dia mau saya bonceng! lumayan naik motor ditemani cowok ganteng hehehe. Sampai di rumah, saya mengajak Bart jalan ke arah stadion, sebelumnya dia juga mengambil gambar rumah-rumah tua peninggalan Belanda, yang sekarang kosong melompong. Dia bercerita, kalau nenek moyangnya pernah tinggal di Bondowoso, dan dia diminta neneknya untuk menyempatkan diri datang ke Bondowoso.

Bart juga mengungkapkan, kalau dia sedang mencari mantan pembantu keluarga kakek buyutnya dulu, dan mencari Gereja tempat kakek neneknya menikah. Ini adalah yang pertama untuknya datang ke Indonesia, dia bilang sih sangat suka dengan keindahan alamnya. Bart adalah pecinta olahraga air, beberapa tempat yang ia kunjungi, selalu yang ada pantainya. 

Singkat cerita, dia memberikan petunjuk alamat rumah mantan pembantu neneknya, namanya .. aduh saya lupaaa .. karena dia datang ke Bondowoso sekitar sebulan lalu, sebelum tulisan ini saya buat. Dia juga mencari Gereja yang dimaksud neneknya, alamatnya di Jl. A.Yani no. 55. Waktu itu, saya pikir Gereja Katolik Johanes Penginjil, yang juga ada di Jl. A.Yani, eh ternyata di bilang neneknya menikah di Gereja Kristen.

Keluarga Schelfhorst di Belanda
Hmm.. sedihnya saya karena tidak begitu mengenal Kota Bondowoso dan sejarahnya. Sambil makan nasi goreng di warung tenda, kami berdiskusi, bercerita tentang Bondowoso, budaya Indonesia, dan berbagai hal. Sampai akhirnya saya bilang ada sih Gereja di Jl. A. Yani, tapi itu GKJW yang setahu saya Gereja orang Jawa .. dia bilang bukan. Lalu saya tunjukkan Gereja ayam Immanuel, tapi alamatnya bukan Jl. A.Yani

Lepas makan nasi goreng, kami berdua berjalan ke arah Gereja Immanuel, karena sudah malam, Bart memutuskan untuk mengunjungi keesokan harinya. Kami menghabiskan malam di warung kopi, sambil ngobrol ngalur ngidul, setelah seharian motoran ke arak-arak, kehujanan di wringin, dan makan nasi rawon di warung pinggir jalan. Dia orang yang sangat menyenangkan. 

Trus malamnya, dia kirim pesan via whatsapp kalau pingin cari Gereja-nya sendiri besok pagi., karena too emotional for him to see the Church. Tepat jam 10, pesan dari Bart masuk, dia bilang menunggu saya di warung kopi tempat kita semalam bertemu. Waktu itu saya lagi di kantor pos, yang jaraknya sekitar 50 meter dari warung tempat dia duduk. 

Dia cerita katanya sudah ke Gereja Immanuel, tapi itu bukan gereja tempat kakek neneknya menikah. Itu tempat bibi-nya di baptis. Lalu dia meminta saya untuk mengantarkan ke GKJW yang berada di Jl. A.Yani, sekaligus mencari rumah mantan pembantu neneknya, yang beralamat sama dengan gereja.

Setiba di Gereja Kristen Jawi Wetan, suasanya sepi sekali. Gerejanya tutup, saya parkir motor di halaman depan Gereja. Ada seorang laki-laki yang sedang mencuci mobil persis di lapangan samping gereja. Saya dan Bart menuju ujung bangunan gereja itu, sembari mengambil beberapa gambar. Kemudian saya menyapa mas-mas yang ramah. Saya bertanya, apakah disini ada orang yang bernama .. duhh kan saya lupa banget nama pembantu yang di cari Bart. 

Betapa terkejutnya kami, orang yang kami cari ternyata ada. rumahnya di komplek GKJW tersebut, lalu mas itu menyarankan kami untuk ke kantor Gereja, jika ingin melihat data-data. Kami disambut baik oleh keluarga Pendeta Gereja itu, dan dipersilahkan masuk ke rumah beliau. Disana, saya menceritakan, kalau Bart lagi nyari cerita keluarganya. 

Nah .. langsung deh, mas yang baik hati itu, menyodori buku sejarah pendirian GKJW Bondowoso. Woww .. saya beruntung sekali, karena saya jadi tahu bagaimana ceritanya penyebaran Agama Kristen di Bondowoso oleh missionary Belanda. Dan betapa senangnya si Bart, dia menemukan nama keluarganya tercantum di buku itu.

Lalu dia meminta saya membacakan isi dan mentranselerasi ke dalam bahasa Inggris. Saya meilhat raut wajah Bart yang berkaca-kaca setelah mendengar cerita saya. Dia ternyata tidak tahu, kalau kakek buyutnya adalah seorang pendeta di Gereja itu. Yang dia tahu, hanya nenek dan kakenya menikah disini. Bart adalah Generasi ke -4 dari keluarga itu.

Setelah asyik bercengkrama dengan Keluarga Pak Pendeta, kami diajak masuk ke Gereja untuk melihat interior di dalamnya. Duhh waktu itu saya ga bawa kamera, jadi ga sempat mengabadikan foto-foto dengan si Bart. 

Senang dengan hasil yang dicari, kami berdua pamit untuk melanjutkan jalan-jalan ke Makam Belanda, dan ke Bendungan Sampeyan Baru di Tapen Bondowoso. Duhh masih seruu ceritanya, tapi sampai disini dulu ya.. 

Mengenai foto yang jadi heboh di bbm saya, itu adalah foto Bart dan kakek neneknya, dia memang berjanji akan mengirimi saya foto kakek neneknya, ketika sudah sampai di Belanda. Oh ya .. si Bart ini calon dokter loh hehehe .. coba tebak usianya dia berapa? Jadi jangan salah sangka ya temans .. Bart itu teman baik saya hehehehe

3 comments:

  1. Halo mbak,

    Bagus tulisannya : )

    Ternyata banyak orang Belanda masi menyisakan memori berkesan tentang sejarah Indonesia yah...
    Sewaktu saya ikut kursus di Amsterdam juga sempat dekat dengan seorang dokter (wanita) yang ibunya ternyata pernah jadi suster di RS Imanuel, dekat dengan tempat sy tinggal sekarang.
    Karena memori tersebut sy jadi diundang makan malam ke rumahnya saat Natal & diperkenalkan dengan seluruh anggota keluarganya. Momen yang sangat berkesan... kami jg saling kontak hingga sekarang.

    Salam utk Bart, semoga sukses untuk studi dokternya : )

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo Mbak :)

      terima kasih ya sudah jalan-jalan ke blog saya :), salam kenal juga
      mbak tinggal dimana sekarang? sukses juga buat mbak ya

      Delete
  2. Mbak blog nya menginspirasi bangeeet..... Salam kenal ya mbaak.. Senang bgt seandainya kita bisa berteman... Suksess selalu buat samean....

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung, sampaikan salam anda disini ya :)