Sejatine Urip Mung Ngampung Dolan

Responsive Ads Here

Friday, December 1, 2017

Merayakan Kelahiran Nabi Muhammad


Desember tahun ini terasa begitu istimewa karena dua pemeluk agama besar di Indonesia akan sama-sama merayakan kelahiran junjungannya.

Umat Islam hari ini sedang merayakan kelahiran Nabi Muhammad s.a.w -Maulid Nabi- sedangkan diakhir bulan nanti Umat Kristiani akan merayakan kelahiran Nabi Isa a.s yang lebih dikenal dengan peringatan Natal. 

Menurut mbah Sujiwo Tedjo di dunia ini hanya ada 3 orang yang diperingati hari lahirnya sedangkan lainnya diperingati hari kematiannya (haul), ketiga orang ini diperingati hari lahirnya karena dianggap membawa pencerahan pada dunia setelah kelahiran mereka, diantaranya adalah Nabi Isa a.s, Nabi Muhammad s.a.w dan Raden Ajeng Kartini.

Kelahiran mereka menjadikan dunia lebih bercahaya, mengeluarkan umatnya dari kegelapan menuju cahaya, Nuurun 'alan Nuur .. cahaya diatas cahaya, dan slogan dari Ibu Kartini yang sudah kita kenal adalah habis gelap terbitlah terang yang juga merupakan ajaran Nabi Besar Muhammad s.a.w.

Semoga dihari Jumat yang berkah ini Allah melimpahkan keberkahan kepada kita semua dan bangsa Indonesia karena Tuhan sedang berbahagia merayakan kelahiran kekasih-Nya. Selain itu semoga negeri ini kembali bersatu padu tidak ada lagi ujaran kebencian maupun aksi menang sendiri.

Merayakan Kelahiran Nabi diharapkan mampu menjadikan kita mengenal lebih baik kemuliaan dan keagungan manusia pilihan Allah ini. Rasulullah adalah pribadi yang sangat lembut, santun dan sempurna, bahkan sosoknya dilukiskan sebagai Alquran yang berjalan oleh Aisyah r.a istrinya.

Baru dari sisi akhlaknya saja kok rasanya saya belum mampu dan juga belum berani menyebut diri ini sebagai "ahli sunnah" lalu beranggapan bahwa orang lain yang berbeda dengan kita sebagai ahli bid'ah.

Meneladani Nabi bukan hanya mengenakan pakaian yang ke-arab araban, sedikit-sedikit menggunakan bahasa arab lalu serta merta melupakan budaya asal kita, atau mengenakan celak mata, maupun memanjangkan jenggot agar dibilang "mengikuti sunnah Rasul", tapi kenapa tidak sekalian berambut gondrong .. karena Rasulullah juga memanjangkan rambut.


Ada baiknya kita semua berintropeksi akan makna meneladani Rasulullah, ketika kita menyebut diri kita sebagai ahli sunnah ataupun meneladani Nabi maka lakukanlah secara "kaffah", jangan hanya memilih yang enak-enak saja untuk diteladani dan membuang yang susah dilakukan.

Misal kita ambil contoh dari akhlak Nabi yang selalu bertutur kata lemah lembut, wajahnya berseri-seri, dan penuh kasih sayang ... apakah kita sudah bisa melakukan teladan ini dalam keseharian kita?

Atau kebiasaan Rasulullah yang sering menahan lapar karena lebih mengutamakan sahabat beliau ketika ada makanan untuk disuguhkan, lalu bagaimana dengan kita? yang lebih sering stalking foto-foto makanan kemudian pesan via gofood belum lagi wisata kuliner yang hampir kita lakukan setiap minggu di mall.

Sudahkah kita menerapkan pola makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang dalam kehidupan kita? dan sudahkah kita memiliki postur tubuh yang ideal seperti Rasulullah? yang perutnya tidak buncit, yang badannya sehat tidak pernah sakit karena beliau sangat peduli pada kesehatan dan kebersihan tubuh.

Lalu bagaimana sikap kita ketika ada orang yang jahat dan membenci kita, apakah kita bisa meneladani Rasulullah untuk membalasnya dengan kebaikan? bahkan mendoakan orang yang kita benci itu seperti Rasulullah mendoakan orang yang membenci dan meludahi beliau?

Baru dari segi akhlak saja rasanya kita tidak sanggup untuk mengajukan diri sebagai "ahli sunnah", betapa sempurnanya Rasulullah! Bagaimana dengan teladan Rasulullah yang lain ya? misal dalam beribadah, dalam berbisnis (muamalahI), dalam berkeluarga dan bertetangga, hingga sebagai kepala Negara.

Orang sering berkata bahwa kita bukan Nabi atau Rasulullah yang bisa sempurna meneladani beliau, manusia adalah makhluk lemah tempat salah dan lupa. Nah maka dari itu janganlah jumawa ketika kita baru bisa seujung kuku mencontoh beliau, mari kita kenali diri ini sebagai tempat salah dan lupa, janganlah cepat merasa paling benar sendiri.

Melalui momen Maulid Nabi kali ini mari satukan hati untuk negeri, sudah cukup lelah melihat banyak pertengkaran serta pertikaian yang terjadi di negeri ini hanya gara-gara perbedaan pendapat dan mau menang sendiri.

Mari kembali meneladani Rasulullah yang bersikap lemah lembut, menghargai orang lain, mencintai orang lain tidak memandang suku ras maupun agama, mari budayakan kembali bertoleransi, mencintai negeri ini beserta keindahan dan keberagaman budayanya. 

Seperti petuah yang disampaikan oleh Cak Nun (Emha Ainun Nadjib), sosok budayawan sekaligus sesepuh negeri ini, bahwa kita dilahirkan di Indonesia sebagai orang Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, Nusa Tenggara, keturunan Cina, keturunan Arab sekalipun.

Maka tetaplah menjadi diri kita sendiri yang mencintai dan mengenal asal usulnya, yang menghargai sejarah leluhurnya, dan menjunjung tinggi Negara Indonesia. Jangan kemudian kita bersikap kebarat-baratan, kearab-arabanJangan kita hancurkan negeri yang sudah susah payah dibangun oleh para pejuang hanya karena termakan hasutan pihak asing. 

Bukan berarti kita tidak boleh mempelajari dunia barat dan arab, akan tetapi seperti pepatah Jawa yang sering disampaikan Cak Nun, Jowo digowo, Arab digarap, Barat diruwat yang artinya kita boleh mempelajari berbagai ilmu dari dunia manapun asal kita tidak lupa dengan jati diri kita sebenarnya.

Semoga ada keberkahan Jumat dan juga keberkahan Maulid Nabi yang dilimpahkan Allah kepada kita sekalian, dan mampu memaknai kehidupan ini dengan lebih baik. Selamat Ulang Tahun Nabiku .. 12 Rabbiul Awwal 1439 H .. shalawat serta salam semoga tercurah kepadamu, hanya syafaatmu yang aku harapkan dalam hari-hari sulit kelak.

Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi Sayyidina Muhammad... 
Asshola Tuwassala Mualaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuh ..

1 comment:

  1. Aku merindukanmu, O, Muhammadku


    Aku merindukanmu, O, Muhammadku.
    Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah
    Menatap mataku yang tak berdaya
    Sementara tangan-tangan perkasa
    Terus mempermainkan kelemahan
    Airmataku pun mengalir mengikuti panjang jalan
    Mencari-cari tangan Lembu-wibawahmu

    Dari dada-dada tipis papan
    Terus kudengar suara serutan
    Derita mengiris berkepanjangan
    Dan kepongahan tingkah-meningkah
    Telingaku pun mendengar merdu-menghibur suaramu
    Aku merindukanmu, o, Muhammadku

    Ribuan tangan gurita keserahahan menjulur-julur kesana kemari mencari mangsa memakan korban melilit bumi memeras
    harapan aku pun dengan sisa-sisa suaraku mencoba memanggil-manggilmu
    O, Muhammadku, O, Muhammadku!

    Di mana-mana sesama saudara saling cakar berebut benar
    sambil terus berbuat kesalahan
    Qur’an dan sabdamu hanyalah kendaraan
    masing-masing mereka yang berkepentingan
    aku pun meninggalkan mereka mencoba mencarimu dalam sepi rinduku

    Aku merindukanmu, O, Muhammadku

    Sekian banyak abu jahal, abu lahab menitis ke sekian banyak umatmu

    O, Muhammadku -selawat dan salam bagimu-

    bagaimana melawan gelombang kebodohan dan kecongkaan yang telah tergayakan bagaimana memerangi umat sendiri?

    O, Muhammadku aku sungguh merindukanmu

    karya: K.H Ahmad Mustofa Bisri

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung, sampaikan salam anda disini ya :)