Sejatine Urip Mung Ngampung Dolan

Responsive Ads Here

Friday, October 18, 2019

Tantangan Hidup di Rantau Belanda

Tepian Laut Almere Poort
Semakin banyak orang mengirim direct messages kepada saya baik melalui Instagram, email maupun komentar di blog tentang bagaimana mencari pekerjaan di Belanda. Tidak sedikit juga yang bertanya tentang bagaimana mendapat suami bule.

Seringnya sih saya hanya tertawa geli, kadang juga saya membalas pesan-pesan mereka karena kasihan, tapi ada juga orang menyebalkan yang sudah dikasih tahu bolak-balik masih aja ngeyel dan cenderung sok tahu tentang aturan di Belanda.

Well.. pada artikel kali ini saya ingin berbagi cerita dan pengalaman, baik itu pengalaman pribadi maupun pengalaman dari orang lain tentang Tantangan Hidup di Belanda, yang mungkin tidak semua orang paham karena apa yang mereka lihat di sosial media atau teman-teman FB-nya hanya hal-hal yang menyenangkan saja.

Bersepeda di Musim Panas
Seperti pepatah Jawa bilang, urip iku sawang sinawang artinya hidup itu hanya memandang indah kehidupan orang lain dari luarnya saja, hingga lupa bersyukur akan kehidupan yang sekarang kita miliki, akhirnya kita selalu ingin seperti orang lain atau ingin punya kehidupan yang orang lain miliki.. Ah Manusia!

Tantangan Hidup di Belanda

Apa saja sih tantangan hidup di Belanda? untuk menjawab pertanyaan ini, tentunya akan berbeda-beda setiap individu karena kan ujian itu disesuaikan dengan kemampuan hamba-hambaNya.

Tapi secara umum ada beberapa tantangan yang akan kita hadapi ketika memutuskan untuk pindah tinggal di Belanda, baik pindah sebagai pasangan suami istri, bekerja, belajar apalagi pekerja ilegal yang tidak sedikit jumlahnya di Negeri Kincir Angin ini.

1. Beda Adat Istiadat (Culture Shock)

Pertama Culture Shock pasti akan menjadi tantangan awal bagi siapa saja yang datang ke Eropa khususnya Belanda. Di Belanda kehidupan sosialnya cenderung tertutup dibanding kehidupan di Asia atau Afrika yang lebih terbuka.

Hampir sembilan puluh persen penduduk Belanda tidak mengenal tetangga sebelah rumahnya, kalaupun kenal ya hanya sekedar say hello ketika ketemu. Tidak ada yang namanya njagong, nonggo apalagi sampai ater-ater makanan maupun pinjam beras seperti di desa.

Rumah orang-orang Belanda tertutup rapat dengan jendela besar tanpa kelambu. Kita akan dicap tidak sopan jika melongok ke jendela orang meski cuma ingin tahu desain rumahnya saja! Mereka hanya kenal saudara terdekat, teman komunitas, rekan kantor dan lingkupnya pun sangat kecil.

Menyapa orang juga tidak sebebas di Indonesia, kalau di kampung kita bisa senyum,sapa,salam kepada siapa saja yang kita temui di jalan, pasar, dalam angkot, hingga orang yang baru kita lihat sekali juga kita sapa, nah di Belanda beda lagi.. menyapa orang itu bisa dibilang genit!

Awal tinggal disini saya stress karena hal sepele seperti itu, senyum ke orang, bersikap ramah kok dianggap aneh he he he.. tapi lama-lama saya biasa juga, malah saya sekarang sudah tahu "sela/selo"nya .. menyapalah pada orang-orang tua, anak kecil, ibu-ibu paruh baya, perempuan dengan anak yang cenderung lebih ramah, tapi hati-hati kalau ketemu kakek-kakek genit ha ha ha

2. Beda Bahasa

Bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan baik jika kita tidak paham bahasanya, tidak mengerti apa yang dimaksud akhirnya terjadi salah paham atau bahkan kita yang di-plekotho orang karena kita tidak tahu aturan yang berlaku di sini.

Tidak hanya orang Indonesia saja loh yang kesulitan tinggal di Belanda karena nggak ngerti bahasa dan adat istiadat orang sini. Warga negara Eropa lain seperti Polandia, Bulgaria, Lithuania, Romania, Spanyol dan negara-negara Eropa yang tergolong "terbelakang" dibanding negara maju seperti Belanda, Jerman, Switzerland, Inggris dan sebagainya juga mengalami kesulitan selama merantau disini.

Mereka yang mencari pekerjaan ke Belanda itu tidak semuanya high skilled migrant, mereka tidak bisa berbahasa Inggris, pendidikannya pun selevel SMA di Indonesia bahkan juga ada yang putus sekolah dan macam-macam latar belakangnya.

Bahasa Belanda itu tidak mudah bagi anda yang juga tidak berbahasa Inggris, karena kosa-katanya lebih sulit untuk diucapkan dibanding bahasa Inggris. Tapi tidak ada yang susah kalau kita mau belajar.

Jika anda nekat ke Belanda tanpa ada kenalan, saudara, kemampuan berbahasa serta keuangan yang memadai, saya rasa anda bunuh diri pelan-pelan. Karena di Belanda semuanya serba teratur dan terorganisir meski ada kemungkinan untuk bekerja secara ilegal disini. Tapi sekarang semakin susah untuk "nekad" kabur ke Belanda nggembel, bonek. Kalau musim panas sih enak masih bisa tidur di luar, tapi entar ditangkap polisi malah berabe he he he.

Kalau di Amsterdam sih masih enak, anda bisa menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi karena di Amsterdam banyak pendatang dari berbagai negara dan lebih banyak menggunakan bahasa Inggris.

3. Rumah Kontrakan Susah

Pertama kali pindah ke Belanda pasti yang dicari adalah tempat tinggal, kalau suami sudah punya tempat tinggal ya tinggal daftar diri atau lapor diri ke pemerintah setempat untuk menjadi warga dan mendapat kartu penduduk setempat.

Beda lagi bagi anda yang pindah ke Belanda tanpa ada koneksi, di Belanda cari kontrakan itu nggak semudah di Indonesia, kamar kos pun juga terbatas, apalagi peraturan di Belanda untuk perumahan semakin rumit karena semakin banyaknya pendatang tapi ketersediaan rumah tinggal terbatas.
Suasana Kota Amsterdam di Malam Hari Musim Panas
Pemerintah Belanda sangat mengatur penduduknya hingga ke hal-hal kecil sekalipun, semua ada aturan yang mengikat, meski ada juga yang main belakang jual kamar atau rumah kontrakan kepada pendatang, dengan syarat anda tidak bisa mendaftarkan nama anda di alamat tersebut karena akan terkena sanksi.

Nah kalau anda tidak bisa mendaftarkan nama anda secara resmi di alamat tinggal, maka perusahaan tentu tidak akan mau memperkerjakan anda. Kenapa begitu?? ya karena setiap pekerja legal dan penduduk legal di Belanda, semua sistem administrasinya tercatat yang terhubung dengan kantor pajak Belanda, gaji akan secara otomatis terpotong pajak.

Rumah kontrakan resmi di Belanda diatur oleh pemerintah dan pihak pemilik rumah tidak boleh sembarangan menyewakan langsung ke penyewa, tapi harus lewat agen properti. 

Memang Ada rumah-rumah "sosial" milik pemerintah yang disewakan dengan harga murah kepada penduduk berpenghasilan rendah, untuk mendapatkan rumah sosial ini anda harus terdaftar pada salah satu website rumah sosial, syaratnya juga harus menyertakan nomor KTP dan NPWP Belanda.


Sedangkan rumah sewa bagi expat lebih mudah didapat jika anda tinggal di kota-kota besar, tapi harga sewanya bisa 3x lipat lebih mahal dari rumah-rumah biasa di Belanda. Untuk masalah harga tentunya berbeda di setiap kota, sama seperti di Indonesia. Sewa rumah di Jakarta untuk tipe 45 pasti lebih mahal dibandingkan di Kota Ngawi misalnya, hal itu juga berlaku di Belanda.

Bayangkan saja, untuk kamar indekos mahasiswa itu paling murah 400 euro per bulan, itu cuma kamar loh ya! sedangkan rumah-rumah sosial ada yang harga sewanya cuma 300 euro per bulan tapi kecil, ya seperti RSSS Indonesia

Untuk keluarga, rumah dengan 2 - 3 kamar tidur harganya sekitar 700 euro per bulan, tapi tahukah anda.. rumah sosial itu yang antre bisa sampai 15 tahunan baru bisa ngontrak apalagi kalau mau tinggal di Amsterdam! Kalau mau sewa rumah non sosial dari agen properti, minimal anda harus bayar 1500 Euro per bulan, itupun hanya 1 atau 2 kamar tidur.

Kalau via agen properti yang "nakal" anda masih harus bayar uang makelaran sebesar harga 1x sewa rumah, meski sebenarnya itu illegal dan bisa dilaporkan. Selain itu anda juga diminta deposit 2 bulan, nah tinggal hitung aja perlu berapa untuk pindah kesini diawal-awal apalagi belum dapat kerjaan.

4. Beda Iklim dan Cuaca

Pindah dari negara tropis ke negara empat musim tentunya akan menjadi tantangan baru bagi kita yang lahir di Indonesia dan ga pernah sama sekali tinggal di Eropa. Musim dingin sering menjadi ancaman bagi anda yang belum pernah sama sekali merasakan tinggal disini.

Bahkan di Belanda sendiri juga sering ada orang bunuh diri karena depresi disebabkan musim dingin. Saya lupa istilahnya tentang syndrom musim dingin, orang tertekan akibat cuaca buruk, tidak ada matahari, dan lingkungan yang sangat individualistik selama kurang lebih enam bulan.

Setiap hari anda harus cek prakiraan cuaca dulu sebelum keluar rumah, baik itu musim dingin atau musim panas, karena cuaca di Belanda cepat sekali berubah-ubah. Yang awalnya cerah beberapa menit kemudian hujan atau angin kencang kadang juga badai tak terduga. Sebab itu ada banyak kincir angin di Belanda, karena kecepatan anginnya bisa mencapai 50km/jam minimal.

Baju yang kita kenakan pun mengikuti empat musim, ada musim dingin, semi, panas dan musim gugur silih berganti dalam setahun. Artinya anda harus meluangkan budget lebih untuk keperluan pakaian dan sepatu.

5. Beda Selera Makanan

Lidah orang Jawa susah rasanya kalo harus meninggalkan nasi secara total, bisa sih bisa gak makan nasi, tapi tidak semua orang Indonesia bisa makan roti keju saja tiap hari, kalau ada sambel terasi, ikan asin, lalapan ayam, soto, apalagi rujak cingur he he he, saya yakin mereka akan memilih makanan Indonesia!

Di Belanda tidak terlalu sulit untuk mencari makanan Indonesia, banyak restoran Indonesia yang menjual aneka masakan Nusantara, akan tetapi tidak semuanya halal. Selain itu kalau tinggal di kota kecil, kemungkinan nemu warung Indonesia itu juga sulit.

Bahan-bahan makanan Indonesia juga dijual di toko-toko Asia saja, kalau mie, beras jasmine, krupuk dan sambal instant juga ada di supermarket meski rasanya jauh beda dengan aslinya!

Untuk menu Indonesia, sepiring nasi rames itu dibandrol minimal 8 Euro sedangkan makanan ala Belanda seperti roti keju sepotong hanya 0,50 cent, sandwich kurang lebih 2 euro. Es cendol 1 gelas dipatok 3 euro minimal, nah beli susu 1 liter cuma setengah harga cendol! 
Roti Bara ala India Suriname

Pindah ke Belanda berarti kita juga harus menyesuaikan lidah, tidak setiap hari bisa makan makanan Indonesia kalau tidak masak sendiri. Tiap hari makan masakan Indonesia di warung ya bangkrut dull ha ha ha. Bayangkan harga kangkung seikat saja bisa 3 Euro, trus harga ikan teri 1 ons 5 Euro, sedangkan harga daging sapi 1 kilo cuma 10 Euro .. hayoo pilih mana?!

Tips Menghadapi Tantangan di Belanda

Nah itu tadi lima tantangan dasar yang mungkin akan anda hadapi ketika memutuskan pindah ke Belanda. Persiapkan secara matang sebelum anda melangkah!

Jika apa yang anda lihat dari foto-foto orang yang tinggal di luar negeri, luar kota yang berbeda dengan anda, bahkan satu kota! Sudah jelas dan pasti yang dipajang itu yang indah-indah saja he he he, sorone pikir keri bro!

Lalu bagi anda yang sudah kadung nyebur pindah ke kota/negara baru, dan ternyata njekethek lebih susah kehidupannya dari apa yang anda harapkan, ya tetaplah bersyukur sambil terus berusaha untuk mencari kehidupan yang lebih baik, yang penting nrimo lan legowo.

Semoga tulisan ini memberi pencerahan kepada anda semua yang ingin pindah tempat tinggal, baik antar kota, propinsi di Indonesia atau mungkin ke luar negeri. Semoga sukses!


15 comments:

  1. Astaga, baru ngerti ramah itu bisa diinterpretasikan genit di Belanda. Padahal di kampungku semua orang tak senyumi meski nggak terlalu kenal, sampai nurunin kaca mobil. Bisa dicap lebih dari genit dong ya? :((

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe iya bener mbak, di Belanda sih masih tergolong "ramah" dibanding negara2 Eropa sekitarnya yang lebih kaku dan COOOOOLD! .. Terima kasih ya sudah mampir 😘

      Delete
  2. wah begitu ya, padahal kalau di sini gak senyum disangka sombong

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu lah mbak, lain ladang lain belalang :)

      Delete
  3. Keren review nya berguna sekali yang semula gk ngerti apa2 budaya Belanda jadi sedikit lebih ngerti..ditunggu update review berikutnya..salam !!

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah mampir :) sayang ya ga ada namanya

      Delete
  4. kebiasaan mereka yg nomor 1, bakal cocok ama aku :D. aku jg tipe yg ga bisa sosialisasi ama tetangga mba. tetanggaku sebelah rumah aja ga tau namanya siapa. tau mukanya, tp ya itu, ga prnh ngobrol. aku memang ga biasa utk saling basa basi ama tetangga gitu. makanya sempet bilang suami, pindah ke apartm aja, lbh private kehidupannya. tp pak suami justru kebalikan, dia supel banget , dan ga suka kalo hrs terlalu individualis..

    sbnrnya, memang lbh enak di negara sendiri sih yaaa. kdg kita ngeliatnya enaak di LN, gaji gede, tp ga mikirin printilan yg hrs dihadapi juga :D.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aduh kalo aku setengah setengah deh mbak hahaha, kalo harus terlalu individualistik itu juga stress, punya tetangga yang bisa bantu dan baik itu menyenangkan juga loh. Bener memang lebih enak tinggal di Indonesia, that's why Belanda sampe 350 tahun njajahnya hahaha, thanks ya udah mampir

      Delete
  5. Ngeri juga ya kalau kita nyapa orang tapi dibilang genit hehe. Baru tahu kalau ada sindrom bunuh diri karena cuaca, segitunya ya. Banyakkah pelakunya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya depresi karena cuaca buruk, kesepian, jadi bikin stress. Hehehe kalau di Belanda senyumnya pilih-pilih

      Delete
  6. Keep sharing ya Mbak, aku senang mengikuti cerita tentang luar negeri yang ditulis dalam bahasa Indonesia seperti blog mu.. *males baca tulisan bahasa inggris mode on* :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih ya sudah main kesini, senang sekali loh dapat kunjungan dari blogger keren :) saling memotivasi ya

      Delete
  7. Ternyata begini ya cerita riil tinggal di Belanda. Ternyata adaptasi di negara lain serumit itu, bahkan untuk administrasinya sekali pun. Salam dari Indonesia ya Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Nadia, salam kenal ya
      iya bener kenyataannya memang tidak semudah yang kita bayangkan, penuh tantangan tapi kalo memang harus pindah ya Insyallah bisa dijalani . thanks ya sudah mampir kesini

      Delete
  8. Suka baca ini, aru aja mau nanya tentang kehidupan di Belanda hehehe.
    Banyakin nulis tentang kehidupan di sana dong Mba, rasanya seru (sawang sinawang hahaha).

    Kalau masalah lingkungan, saya banget tuh pas tinggal di luar negeri yak, saya jarang keluar rumah, bahkan nggak semua tetangga saya kenal, saking tiap hari mendem aja di rumah :D

    Tapi memang yang selalu dipikirkan tuh, agak sulit mencari makanan halal di sana ya :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung, sampaikan salam anda disini ya :)